Pedagang Intan

Seorang pedagang kaya di Belanda sedang mencari suatu intan untuk menambah jumlah koleksinya. Satu dealer intan terkenal di New York menemukan jenis intan yang diinginkan orang tersebut dan mengundangnya untuk melihat.

Pedagang Belanda itu pun segera menuju New York untuk melihat apakah betul intan itu adalah yang terbaik dan ingin sekaligus melakukan transaksi. Setelah mendengarkan penjelasan teknis yang sangat sempurna dari asisten pemilik toko tersebut mengenai keindahan dan nilai dari intan tersebut, orang belanda itu pun memutuskan untuk tidak jadi membeli batu permata itu.

Sebelum ia keluar, pemilik toko itu melangkah dan mendekati pembeli intan itu dan berkata: “Apakah Anda tidak keberatan jika saya menunjukkan kepada Anda intan permata itu sekali lagi?” Pembeli itu pun menyetujui untuk melihat intan itu sekali lagi.

Pemiliki toko itu sama sekali tidak mengulang satu kata pun dari kalimat asistennya mengenai intan itu. Ia hanya meletakkan intan itu di atas telapak tangannya, matanya fokus pada permata itu dan menjelaskan mengenai keindahan dari permata itu dan mengapa intan itu berbeda dari intan lain yang pernah ia lihat. Orang belanda itu pun segera membeli intan itu.

Sambil memasukkan permata yang baru saja dibeli ke dalam baju jasnya, pembeli intan itu berkomentar kepada pemilik toko: “Saya agak heran mengapa Anda sanggup menjual intan ini kepada saya, sementara asisten Anda tidak bisa.”

Pemilik toko itu pun menjawab: “Sales itu adalah yang terbaik dalam bisnis ini. Ia tahu jauh lebih banyak dari siapa pun termasuk saya, dan saya membayarnya dengan sangat tinggi untuk pengetahuan dan pengalamannya. Saya memang bersedia membayar dia dua kali lipat di bidang yang masih kurang bagi saya. Anda melihat bahwa ia mengetahui banyak tentang intan, namun saya sangat mencintai intan-intan itu.”


Pengetahuan yang sangat baik terhadap sesuatu bidang tidak menjadi jaminan bahwa orang tersebut akan berhasil menjalankan perannya. Selain memiliki pengetahuan yang baik atau IQ yang baik, juga diperlukan aspek lain seperti kecerdasan emosi (EQ) dan aspek-aspek yang ada dalam EQ, namun terlebih lagi dalam setiap pekerjaan yang kita miliki dan dalam hidup yang kita jalani, sangat membutuhkan rasa cinta yang tinggi. Tanpa cinta, ilmu yang tinggi sekali pun dapat mengakibatkan kegagalan.

No comments:

Followers